Kamis, 15 Juni 2017

TRADISI MEMBACA SURAT AL-ASHR SEBAGAI DOA PENUTUP PADA SETIAP AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH DINIYAH “MIFTAHUL HIDAYAH” BAKALAN KALINYAMATAN JEPARA



TRADISI MEMBACA SURAT AL-ASHR SEBAGAI DOA PENUTUP PADA SETIAP AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH DINIYAH “MIFTAHUL HIDAYAH” BAKALAN KALINYAMATAN JEPARA
Disusun
guna untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu: Efa Ida Amaliyah, M.A












Disusun oleh:
M. Nurun Ni’am                     NIM. 1530110059
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN USHULUDDIN / IQT 4B
2017


ABSTRAK
M. Nurun Ni’am,Tradisi Membaca Surat Al-Ashr Sebagai Doa Penutup Pada Setiap Akhir Kegiatan Pembelajaran di Madin Miftahul Hidayah Bakalan Kalinyamatan Jepara. Penulisan karya tulis ilmiah jurusan ushuluddin prodi ilmu al-qur’an dan tafsir. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.
Penelitian ini mengkaji bagaimana sejarah adanya tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?Bagaimana prosesinya?Apa tujuannya?dan Bagaimana pengalaman spiritual pelaku tradisi tersebut?Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejarah adanya tradisi, mengetahui prosesi secara runtut, mengetahui tujuan serta mengetahui pengalaman yang dirasakanoleh orang yang mengamalkan tradisi tersebut.
Penelitian ini merupakan kajian lapangan (field research) denganmenggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptifanalitik,yaitu memaparkan realita dan menganalisis tentang kegiatan berdoa baik sebelum maupun setelah selesai belajar di Madin Miftahul Hidayah  dengan metode pengumpulan databerupa observasi, dokumentasi, dan wawancara, metode pengolahan data danmetode penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa tradisi ini sudah ada yakni pada zaman pendahulu kita dan tradisi ini dilakukan atas dasar hadits Abu Madinah Ad-Darimi. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sebelum dan setelah belajar yang dibaca oleh murid-murid dan dipimpin oleh guru di masing-masing kelas. Tujuannyaadalah sebagaisarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, Kunci pembuka segala macam ilmu dan kefahaman, menumbuhkan rasa tawakkal kepada Allah Swt, Memberi pesan yang harus selalu diingat kepada murid supaya tidak merugi, serta melatih diri dan para santri untuk istiqomah membaca al-Qur’an.Kemudian, pengalaman spiritual yang dirasakan oleh pelaku doa yaitudapat menghantarkan pembacanya untuk mengamalkan pesan yang terkandung di dalamnya. Yaitu meyaqini kebenaran ilmu yang telah didapat, mewujudkannya sebagai amal sholih, menyampaikan kepada yang lain serta saling mengingatkan supaya bersabar beramal sholih dan mensyiarkan agama.
Kata Kunci: Tradisi, surat al-Ashr, doa, amal sholih
A.    Pendahuluan
Al-Qur’an adalah mukjizat terakhir dan teragung, mempunyai peranan terpenting dalam melakukan ‘amaliyah keseharian[1]. Menurut Hamam FaizinRealitas yang dijumpai di kalangan masyarakat, perwujudan dari interaksi masyarakat dengan al-Qur’an dapat di lihat dalam dua bentuk[2].
Pertama, ada sebagian orang yang mempelajari seputar tekstualitas al-Qur’an. Hal ini telah lama digeluti oleh mereka para mufasir, baik mufasir klasik maupun mufasir kontemporer. Tidak heran, banyak kitab-kitab tafsir yang lahir dari kepiawaian mereka dalam mengkaji al-Qur’an dilihat dari redaksi teksnya. Kedua, ada sebagian lagi yang mencoba secara langsung menerapkan, serta mendayagunakan al-Qur’an secara praktis dalam kehidupan sehari-harinya[3].
Interaksi model kedua ini dapat kita lihat misalnya dengan membacaal-Qur’an setiap hari dengan tujuan tertentu, seperti pengasihan, ingindimudahkan rizkinya, bahkan sampai untuk mengusir makhluk haluspundengan bacaan-bacaan ayat suci al-Qur’an. Ada juga yang menghafal al-Qur’an dengan cita-cita ingin mencerdaskan pikiran, menenangkan hati,bahkan mengharapkan keturunannya kelak sama menjadi penghafal al-Qur’an.
Pembacaan al-Qur’an adakalanya dibaca oleh perorangan ataupundibaca berkelompok. Ada yang mengkhususkan membaca surat tertentu dandalam waktu tertentu, misalnya pembacaan surat al-Waqi’ah setiap malamSelasa sehingga melahirkan tradisi Waqi’ahan. Hal yang serupa dapat di temui di Madin Miftahul Hidayah, yaitu tradisi membaca surat al-Fatihah pada waktu masuk sekolah dan membaca surat al-Ashr pada waktu pulang sekolah. Tradisi ini dilaksanakan oleh para murid yang dipimpinoleh seorang guru di masing-masing kelas.
Surat tersebut dibaca sebagai doa. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa doa adalah senjata bagi seorang mu’min[4]. Oleh karena itu bacaan surat al-Fatihah di awal memasuki pelajaran diharapkan bisa menjadi alat pembuka pintu kefahaman. Sedangkan bacaan surat al Ashr setelah selesai belajar diharapkan bisa menjadi pesan yang harus selalu diingat baik bagi pendidik ataupun bagi murid[5].
Jika dilihat dari bentuk redaksi surat al-Ashr tidaklah berupa doa, akan tetapi di madin Miftahul Hidayah dijadikannya sebuah doa. Oleh karena itulah peneliti ingin lebih serius dan memfokuskan diri untuk meneliti lebih detail tentang tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah. Terlebih peneliti sendiri dulunya bertindak sebagai insider/ salah satu murid di dalamnya dan untuk objektifitas hasil penelitian, peneliti bertindak sebagai outsider.
Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengungkap lebih jelas sejarah adanya tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah, Prosesi tradisi ini dilaksanakan, Tujuan dan pengalaman spiritualpelaku tradisi ini. maka peneliti menggunakan kajian Living Qur’an.Living Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang fenomena al-Qur’an yanghidup di tengah-tengah masyarakat/kelompok[6].
Living Qur’an merupakan salah satu bentuk perkembangan kajian tentang al-Qur’an. Wilayah kajiannya mencakup individual ataupun mencakup ranah sosial/umum[7]. Model studi semacam ini mencoba mengkaji pemaknaan dan pengamalan al-Qur’an di kalangan umat Muslim.
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian lebih spesifik danterarah maka di bawah ini disusun beberapa pokok rumusan masalah diantaranya:
1.      Bagaimanasejarah adanya tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
2.      Bagaimana prosesi tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
3.      Apa tujuan tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
4.      Bagaimana pengalaman spiritual pelaku tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
B.     Pembahasan
Living Quran yang memfokuskan kepada how everyday life, termasuk dalam penelitian kualitatif. Istilah kualitatif pada mulanya bersumber pada “pengamatan kualitatif” yaitu pengamatan yang menunjuk pada sikap alamiah[8]. Maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik, yaitu memaparkan realita dan menganalisis tentang kegiatan berdoa baik sebelum maupun setelah selesai belajar di Madin Miftahul Hidayah  dengan metode pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara, metode pengolahan data cenderung secara induksi dan metode penarikan kesimpulan[9].
1.      GAMBARAN UMUM MADIN MIFTAHUL HIDAYAH BAKALAN KALINYAMATAN JEPARA
a.      Profil Madin Miftahul Hidayah Bakalan
1)   Letak Geografis
Madin Miftahul Hidayah Bakalan berada di desa BakalanRt. 11/02. Lokasinya terletak di Jalan Raya Gotri Welahan gang 1B. Kalinyamatan Jepara, Kode Pos: 59467. Status kepemilikan tanah sebagai Tanah Wakaf seluas kurang lebih 100x30 m (madin Awwaliyah) dan 100x50 m (madin Tsanawiyah/Wustha dan Aliyah/Ulya). Adapun statusbangunannya adalah milik sendiri[10].
Adapun perbatasan dengan daerah sekitar adalah :
a)      Sebelah utara berbatasan dengan jalan Desa Bakalan kemudian sebelah uataranya lagi jalan raya Jepara-Kudus dan seberang jalannya desa Margoyoso.
b)      Sebelah selatan berbatasan dengan maqbarah Mbah Rombing
c)      Sebelah timur berbatasan dengan sungai yang memisah antara bakalan kulon kali dan bakalan wetan kali.
d)      Sebelah barat berbatasan dengan jalan Desa Babakan, pondok pesantren AL-FALAH, dan masjid kemudian sebelah baratnya lagi jalan raya Jepara-Demak dan seberang jalannya desa Kriyan.
2)   Sejarah Berdiri dan Berkembangnya
Madin Miftahul Hidayah didirikan pada tahun 1971 atas gagasan masyarakat sekitar, dimana pada waktu itu didesa tersebut belum ada sekolah madrasah diniyah.Semula madin hanya mengelola tingkat awwaliyah saja. Namun dengan berjalannya waktu, ketika madin meluluskan murid priode pertamanya, maka madin mengembangkan  tingkatannya dengan membuka tingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan Tsanawiyahpada tahun 1978. Kemudian selang tujuh tahun barulah madin membuka tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu tingkatan aliyah pada tahun 1985. Madin pada masa awal perkembangannya di pimpin oleh Bapak Kusno (alm). Setelah beliau meninggal maka kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Ahmad Kholil (alm). Kepemimpinan beliau berjalan cukup lama, yaitu hingga tahun 2014. Kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh H. Abdul Qodir hingga sekarang.
Pengambilan nama “Miftahul Hidayah” sendiri dilatarbelakangi upaya menggabungkan dua nama tempat belajar, yang mana dua tempat tersebut ialah tempat belajar pendiri madin (KH. Ahmad Kholil). Pertama, pondok pesantren “Miftahul Ulum” yang di kelola oleh KH. Muslim di desa Robayan. Kedua, pondok pesantren “Al-Hidayah” yang dikelola oleh KH. Turmudzi di desa Purwogondo. Dari nama yang pertama di ambillah kata yang pertama yaitu Miftah, dan dari nama yang kedua diambillah kata “Al-Hidayah”. Maka jadilah kata “Miftahul Hidayah”[11].
b.      Kurikulum Pengajaran di Madin
Di Madin Miftahul Hidayah Bakalan terdapat tiga tingkatan, yaitu tingkatan Ibtidaiyah, tingkatan Tsanawiyah dan tingkatan Aliyah. Untuk tingkatan awwaliyah mata pelajaran mengkuti kurikulum dari LP Ma’arif NU Jepara.Sedangkan tingkatan Tsanawiyah dan Aliyah mata pelajarannya mengikuti kurikulum madin sendiri.
Waktu KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) madin Miftahul Hidayah,baik ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah mulai masuk pukul 14.30 wib s/d 16.30 wib tanpa istirahat. Dalam sehari waktu dua jam tersebut diisi dua mata pelajaran, jadi setiap mata pelajaran mempunnyai KBM masing-masing satu jam[12].
2.      TRADISI MEMBACA SURAT AL-ASHR SEBAGAI DOA PENUTUP PADA SETIAP AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN
a.      Sejarah Pelaksanaan Doa
Madin Miftahul Hidayah Bakalan memiliki salah satu rutinitas ‘amaliyah setiap harinya, yaitu yaitu membaca surat al-Fatihah sebagai doa sebelum belajar dan membaca surat al-Ashr sebagai doa setelah belajar/pulang sekolah. Berdasarkan penuturan beberapa guru madin pelaksanaan tradisi tersebut sudah ada pada zaman pendahulu kita.Yang kita tau para pendahulu kita mengajarkan ilmu secara simple. Artinya yang diajarkan cuma sepatah dua katah kata yang mudah diingat akan tetapi hikmah yang terkandung di dalamnya sungguh sangat luas sekali. Mungkin karna itulah para pendahulu kita membuat tradisi seperti itu, terlebih menjadikan surat al-Ashr sebagai doa setelah belajar/pulang sekolah[13].
Surat al-Fatihah berjumlah tujuh ayat dan al-Ashr berjumlah 3 ayat, jumlah ayat yang tergolong sedikit, akan tetapi isi yang terkangdung didalamnya adalah sangat luas sekali. Menurut bey Arifin isi yang terkandungan dalam surat al-Fatihah bagaikan samudra luas yang tiada batas. Semakin diselami, semakin tampak mutiara-mutiara ilmu yang ada di dalamnya[14].
Menurut imam Syafi’i sebagaimana yang dikemukakan Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Dzilalil Qur’an“Seandainya saja al-Qur’an tidak diturunkan, niscaya satu surah ini cukup menjadi petunjuk manusia. Karena di dalamnya terkandung seluruh pesan-pesan al-Qur’an.”[15]. Kemudian ditegaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir imam Syafi’i berkata:
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسِعَتْهُمْ
 “Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini,niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” [16].
Tradisi yang dilakukan ini tidaklah dibuat-buat oleh para pendahulu kita, akan tetapi berdasarkan sebuah hadits shohih yang diriwayatkan oleh Abu Madinah Ad-Darimi, beliau berkata:
كَانَ الرَّجُلانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَيَا لَمْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَقْرَأَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ : ” وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ” ، ثُمَّ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ
Jika dua orang sahabat Nabi SAW itu bertemu, mereka tidaklah berpisah sampai salah satu di antara keduanya membaca ‘wal ‘ashri innal insana lafii khusr …’. Lalu salah satu dari keduanya mengucapkan salam untuk lainnya.”(HR. Ath-Thabrani)[17].
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih[18]. Dan menurutnya Ada dua faidah dari hadits ini sebagaimana kita mengamalkan sunnah para salaf kita: 
Pertama,Para sahabat sudah terbiasa merutinkan surat Al-‘Ashr (saat berpisah dari majelis). Seperti itu bukanlah kategori bid’ah yang dibuat-buat. Amalan tersebut tentu ada petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, entah sabda, praktik atau persetujuan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala pun telah memuji para sahabat.
š šcqà)Î6»¡¡9$#ur tbqä9¨rF{$# z`ÏB tûï̍Éf»ygßJø9$# Í$|ÁRF{$#ur tûïÏ%©!$#ur Nèdqãèt7¨?$# 9`»|¡ômÎ*Î/ šÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã £tãr&ur öNçlm; ;M»¨Zy_ ̍ôfs? $ygtFøtrB ㍻yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Yt/r& 4 y7Ï9ºsŒ ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# ÇÊÉÉÈ  
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)[19]
Ibnu Mas’ud dan Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata,
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ.
Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah SAW. Karena sesungguhnya mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)[20].
Kedua,Mengucapkan salam saat berpisah.Hal ini sesuai pula dengan hadits:
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِس فَلْيُسَلِّم فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الآخِرَةِ
Apabila salah seorang di antara kalian masuk majlis, hendaklah ia mengucapkan salam.  Apabila ia keluar, hendaklah ia mengucap salam. Tidaklah yang pertama itu lebih pantas dari yang kedua.”” (HR. Abu Daud). Al-Hafizh Abu Thahir berpendapat bahwa sanad hadits ini hasan[21].
b.      Pelaksanaan Proses Doa
1)      Waktu, tempat dan pelaku
Do’a dilaksanakan setiap hari ketika hendak memulai pelajaran oleh murid-murid dan dipimpin oleh guru di masing-masing kelas. Sebelum berdoa guru memberi pengarahan agar barang-barang yang ada di dalam kelas, baik bangku/meja kursi maupun alat-alat tulis yang masih berantakan di minta untuk dirapikan terlebih dahulu. Kemudian guru meminta murid-murid agar duduk dengan rapi, tangan sedeku dan kepala menghadap ke meja supaya bisa berdoa dengan khusu’, tadharru’, penuh harapan. Setelah itu barulah membaca doa bersama-sama[22]. Begitulah kiranya sebagian etika dalam berdoa dan sebab-sebab dikabulkannya doa[23].
Kemudian ketika pelajaran sudah selesai maka guru pun mengarahkan murid-murid kembali seperti yang di awal tadi. Setelah itu membaca doa pulang bersama-sama, dan diakhiri dengan anteng-antengan. Siapa yang paling anteng maka dialah yang berhak untuk pulang duluan. Seperti itu dipilih oleh guru hingga 3-5 murid, kemudian baru yang lain menyusul.
2)      Doa
Doa disini terbagi menjadi dua bagian, yaitu doa masuk dan doa pulang. Baik doa masuk ataupun doa pulang kesemuannya menggunakan surat-surat al-Qur’an. Surat yang digunakan adalah surat al-Fatihah ketika masuk dan surat al-Ashr ketika pulang. Akan tetapi doa masuk ditambahi dengan iqrar, doa isyrah (QS Thaha, ayat: 25-28), meminta tambah ilmu dan rizqi kefahaman (QS Thaha, ayat: 114). Sedangkan doa pulang hanya surat al-Ashr saja[24].Teks donya antara lain adalah:
(a)   Doa pembuka
É ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ   ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ   Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ   Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ   x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ   $tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ   xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ  
ربي اغفر لي ولوالدي وللمؤمنين امين.... رضيت بالله ربا, وبالاسلام
دينا, وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا و رسولا, رب اشرح لي صدري, ويسرلي امري, واحلل عقدة من لساني يفقه قولي,رب زدني علما وارزقني فهما. امين
(b)   Doa penutup
Î ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ   ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ   žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  
c.       Tujuan Pelaksanaan Surat al-Fatihah dan al-Ashr sebagai doa
1)      Sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt sehingga tercipta ketenangan dalam kehidupannya. Hal ini tercantum dalam Q.S. ar-Ra’d: 28.
2)      Doa adalah senjata bagi orang mu’min, maka dalam hal ini doa sebagai Kunci pembuka segala macam ilmu dan kefahaman.
3)      Melapangkan hati dan fikiran, memudahkan mendapat ilmu, melancarkan lisan sehingga setiap perkataan bisa difahami dengan mudah[25].
4)      Menumbuhkan rasa tawakkal / kepasrahan kepada Allah atas segala usaha yang telah dilakukan. Hal ini merupakan bentuk penghambaan seorang hamba kepada Tuhannya, menyerahkan hasil dari seluruh usahanya kepada Dzat Yang Maha Kuasa, yaitu Allah Swt. Sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Ali ‘Imran (3): 159.
5)      Melatih diri dan para murid untuk membiasakan membaca al-Qur’ansecara rutin, minimal surat-surat tertentu. Murid dituntut untuk belajar istiqomah dalammenjalankan setiap amal kebaikan.
6)      Memberi pesan untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, supaya mendapatkan keberuntungan. Yaitu dengan cara mengisinya dengan saling berpesan menetapkan keimanan, saling berpesan sabar dalam keta’atan dan menjahui larangan.
7)      Sebagai umat Muslim, sudah menjadi keharusan membaca, mengkaji,sertamengamalkan isi kandungan al-Qur’an dalam kesehariannya.Seseorang yangberpegang teguh kepada al-Qur’an, maka hidupnyatidak akan pernah tersesat[26].
d.      Pengalaman Spiritual Pelaku Tradisi
Pertama, dengan adanya doa bagi guru serasa lebih mudah menyampaikan materi pelajaran, akal fikiran, mulut dan lisan serasa terbuka lepas tanpa ada tali yang membungkamnya. Jadi bisa diibaratkan bahwa doa adalah sebagai pelumas akal fikiran, mulut serta lisan kita. Sehingga materi yang disampaikan bisa mudah dicerna dan difahami oleh murid-murid[27].
Kedua, dengan adanya doa hati dan fikiran para murid serasa terbuka, cerah karna sinarnya. Oleh karena itu materi-materi yang disampaikan lebih mudah untuk difahami, masuk ke dalam fikiran dan berlanjut ke dalam hati. Benar-benar dapat membantu mendorong untuk menambah ilmu serta rizqi kefahaman[28].
Ketiga, hikmah yang terkandung dalam surat al-Ashr sangatlah agung, sebagaimana dikatakan imam Syafi’i: “Seandainya saja al-Qur’an tidak diturunkan, niscaya satu surah ini cukup menjadi petunjuk manusia”. Oleh karena itu dengan membacanya setiap hari dapat menghantarkan pembacanya untuk mengamalkan pesan yang terkandung di dalamnya. Yaitu meyaqini kebenaran ilmu yang telah didapat, mewujudkannya sebagai amal sholih, kemudian menyampaikan kebenaran kepadayang lain serta saling mengingatkan supaya bersabar beramal sholih dan mensyiarkan agama[29].
C.    Kesimpulan
Sejarah adanya tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di madin Miftahul Hidayah Bakalan dilatarbelakangi oleh: 1) Keinginan pemimpin (KH. Ahmad Kholil) untuk meneruskan tradisi yang beliau amalkan ketika mesantren di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Robayan dan Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwogondo. 2) Mengikuti tradisi para sahabat berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Madinah ad-Darimi.
Do’a dilaksanakan setiap hari ketika hendak memulai pelajaran yakni pukul 14.30 wib oleh murid-murid dan dipimpin oleh garu di masing-masing kelas dengan khusu’, tadharru’ dan penuh harapan.Kemudian ketika pelajaran sudah selesai yakni pukul 16.30 wib maka guru kembali memimpin membaca doa pulang bersama-sama, dan diakhiri dengan anteng-antengan. Siapa yang paling anteng maka dialah yang berhak untuk pulang duluan.
Tujuan diadakannya doa adalah sebagai berikut: Sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt,sebagai kunci pembuka segala macam ilmu dan kefahaman, melapangkan hati dan fikiran, menumbuhkan rasa tawakkal / kepasrahan kepada Allah, melatih diri dan para murid untuk membiasakan membaca al-Qur’an,supaya mendapatkan keberuntungan.
Adapun pengalaman spiritual yang dirasakan oleh guru ataupun murid ialah: serasa lebih mudah menyampaikan materi pelajaran, akal fikiran, mulut dan lisan serasa terbuka lepas tanpa ada tali yang membungkamnya, materi-materi yang disampaikan lebih mudah untuk difahami,dapat menghantarkan pembacanya untuk selalu mengingat materi yang telah diajarkan dengan cara mengamalkan, serta menyampaikannya kembali pada saat dibutuhkan dengan kesabaran.
Daftar Pustaka
‘Allaf,Abdullah bin Ahmad, 2016, Kelengkapan Doa-Doa Mustajab, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Al-Albani, tt, Assilsilah Asshahihah Juz 6,Maktabah Syamilah, Iskandaria: Barnamij.
Ath-Thabrani, tt, Al-Mu’jam Al-Awsath Juz 11, Maktabah Syamilah, Mauqiu Jamiil Hadits.
Dawud,Abu, tt,Sunan Abu Dawud Juz 13, Maktabah Syamilah: Mauqiul Islam.
Faizin,Hamam,2012, Sejarah Pencetakan Al-Qur’an, Yogyakarta: Era Baru Presindo.
Faizin,Hamam, tt, Al-Qur’an Sebagai Fenomena Yang Hidup (Kajian Atas Pemikiran Para Sarjana Al-Qur’an), Artikel.
Katsir,Ibnu, 1999, Tafsir Alquranul Karim, Juz 8, Maktabah Syamilah.
Kutub,Sayyid, tt, Tafsir fi Dzilalil Qur’an, Juz 8, Maktabah Syamilah.
Moleong,Lexy J., 1997, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, Cet. ke-VIII.
Wahidin,Khaerul dan Masyhuri,Taqiyudin, 2002, Metode Penelitian, Prosedur Dan Teknik Menyusun Skripsi Makalah Dan Book Rapot, Cirebon: Alawiyah, Cet-ke II.
Catatan dokumentasi
v  Tanggal 15 April melakukan observasi, pengamatan dan pendokumentasian.
v  Tanggal 22 April wawancara bersama bapak A. Jamilin mengenai:
2.      Sejarah adanya pelaksanaan tradisi doa surat al-Ashr beliau mengatakan pelaksanaan tradisi tersebut sudah ada pada zaman pendahulu kita. Yang kita tau para pendahulu kita mengajarkan ilmu secara simple, mudah diingat dan mengandung isi yang mencakup semuanya.
3.      Prosesi pelaksanaan doa: dilaksanakan setiap hari ketika hendak memulai pelajaran oleh murid-murid dan dipimpin oleh guru di masing-masing kelas. Sebelum berdoa guru menertibkan barang-barang dan posisi duduk murid-murid. Kemudian ketika berdoa pulang pun demikian. Namun diakhiri dengan anteng-antengan. Siapa yang paling anteng maka dialah yang berhak untuk pulang duluan. Seperti itu dipilih oleh guru hingga 3-5 murid, kemudian baru yang lain menyusul.
4.      Doa: masukà surat al-fatihah, iqrar, doa isyrah. Pulangà surat Al-Ashr.
5.      Tujuan pelaksanaan doa yaitu: Menumbuhkan rasa tawakkal, Melatih membiasakan membaca al-Qur’a, Memberi pesan, dansudah menjadi keharusan membaca, mengkaji,sertamengamalkan isi kandungan al-Qur’an.
6.      Pengalaman spiritual:Sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, sebagai Kunci pembuka segala macam ilmu dan kefahaman,dengan membacanya setiap hari pesan-pesan yang terkandung dalam doa dapat menghantarkan pembacanya untuk selalu mengingat materi yang telah diajarkan dengan cara mengamalkan, serta menyampaikannya kembali.
v  Tanggal 22 April wawancara bersama murid (M. Ghiyas Alawy) mengenai:
1.      Pengalaman spiritual: dengan adanya doa hati dan fikiran para murid serasa terbuka, cerah karna sinarnya. Benar-benar dapat membantu mendorong untuk menambah ilmu serta rizqi kefahaman.
v  Tanggal 26 April wawancara bersama bapak A. Syakirin mengenai:
1.      Letak geografis : Bakalan Rt. 11/02. Lokasinya terletak di Jalan Raya Gotri Welahan gang 1B. Kalinyamatan Jepara, Kode Pos: 59467.
2.      Status kepemilikan tanah: Tanah Wakaf seluas kurang lebih 100x30 m (madin Awwaliyah) dan 100x50 m (madin Tsanawiyah/Wustha dan Aliyah/Ulya).
3.      Statusbangunannya: milik sendiri
4.      Sejarah Berdiri: Madin didirikan pada tahun 1971 atas gagasan masyarakat sekitar.
5.      Perkembangan: tingkat awwaliyah tahun 1971, tingkat Tsanawiyah pada tahun 1978, tingkat aliyah pada tahun 1985.
6.      Di bawah kepemimpinan:Bapak Kusno (alm) dilanjutkan oleh KH. Ahmad Kholil (alm) hingga tahun 2014. dilanjutkan oleh H. Abdul Qodir hingga sekarang.
7.      Pengambilan nama “Miftahul Hidayah”: upaya menggabungkan dua nama tempat belajar KH. Ahmad Kholil. Pertama, pondok pesantren “Miftahul Ulum” yang di kelola oleh KH. Muslim di desa Robayan. Kedua, pondok pesantren “Al-Hidayah” yang dikelola oleh KH. Turmudzi di desa Purwogondo.
8.      Kurukulum: tingkatan awwaliyah mengkuti kurikulum dari LP Ma’arif NU Jepara. Sedangkan tingkatan Tsanawiyah dan Aliyah mata pelajarannya mengikuti kurikulum madin sendiri.
9.      Waktu KBM: baik ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah mulai masuk pukul 14.30 wib s/d 16.30 wib tanpa istirahat.
10.  Sejarah adanya pelaksanaan tradisi doa surat al-Ashr beliau mengatakan pelaksanaan tradisi tersebut sudah ada pada zaman pendahulu kita.
11.  Tujuan doa: Sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, sebagai Kunci pembuka segala macam ilmu dan kefahaman.Melapangkan hati dan fikiran, memudahkan mendapat ilmu, melancarkan lisan.
12.  Pengalaman spiritual: Guru serasa lebih mudah menyampaikan materi pelajaran, akal fikiran, mulut dan lisan serasa terbuka lepas tanpa ada tali yang membungkamnya. Jadi bisa diibaratkan bahwa doa adalah sebagai pelumas akal fikiran, mulut serta lisan kita.

2.       

Dokumentasi




[1]  Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan Al-Qur’an, Yogyakarta: Era Baru Presindo. 2012, hal. 01
[2]Hamam Faizin, Al-Qur’an Sebagai Fenomena Yang Hidup (Kajian Atas Pemikiran Para Sarjana Al-Qur’an), Artikel, hal. 01
[3]ibid
[4] Abdullah bin Ahmad ‘Allaf, Kelengkapan Doa-Doa Mustajab, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2016, hal. viii
[5] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50 WIB.
[6]Hamam Faizin, Al-Qur’an Sebagai Fenomena Yang Hidup........ hal. 3
[7]ibid
[8]Khaerul Wahidin dan Taqiyudin Masyhuri, Metode Penelitian, Prosedur Dan Teknik Menyusun Skripsi Makalah Dan Book Rapot, Cirebon: Alawiyah, Cet-ke II , 2002, hlm. 46-47
[9]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, Cet. ke-VIII, 1997, hlm. 56
[10] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50 WIB.
[11] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50 WIB.
[12] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50 WIB.
[13] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam 14.30 WIB.
[14]https://www.goodreads.com/book/show/6071065-samudera-al-fatihah diakses pada tanggal 25 April 2017 jam 08.40 WIB
[15] Sayyid Kutub, Tafsir fi Dzilalil Qur’an, Juz 8, Maktabah Syamilah, tp, tt. hal. 89
[16] Ibnu Katsir, Tafsir Alquranul Karim, Juz 8, Maktabah Syamilah, 1999, tt. hal.480
[17]Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Awsath Juz 11, Maktabah Syamilah, Mauqiu Jamiil Hadits, tt. hal. 359
[18] Al-Albani, Assilsilah Asshahihah Juz 6,Maktabah Syamilah, Iskandaria: Barnamij, tt. hal. 147
[19]ibid
[20]ibid
[21]Abu Dawud, Sunan Abu Dawud Juz 13, Maktabah Syamilah: Mauqiul Islam, tt. hal. 430
[22]Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam 14.30 WIB.
[23] Abdullah bin Ahmad ‘Allaf, Kelengkapan Doa-Doa Mustajab............. hal. ix
[24]Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam 14.30 WIB.
[25] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50 WIB.
[26] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam 14.30 WIB.
[27] Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50 WIB.
[28] Wawancara peneliti dengan murid kelas 6 Ibtida’ (M. Ghiyas Alawy) pada tanggal 22 April 2017 jam 15.20 WIB
[29]Wawancara peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam 14.30 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KUNCI KEBAHAGIAAN MENURUT SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB RADHIYALLAHU 'ANHU

" KUNCI KEBAHAGIAAN MENURUT SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB RADHIYALLAHU 'ANHU " . ✅ JANGAN MEMBENCI SIAPAPUN, WALAU ADA YANG ...