NUR MUHAMMAD
Sabtu, 17 Juni 2017
KUNCI KEBAHAGIAAN MENURUT SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB RADHIYALLAHU 'ANHU
" KUNCI KEBAHAGIAAN MENURUT SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB RADHIYALLAHU 'ANHU "
.
✅ JANGAN MEMBENCI SIAPAPUN, WALAU ADA YANG MENYALAHI HAKMU
✅ JANGAN PERNAH BERSEDIH SECARA BERLEBIHAN, SEKALIPUN PROBLEM MEMUNCAK
✅ HIDUPLAH DALAM KESEDERHANAAN SEKALIPUN SERBA ADA
✅ BERBUATLAH KEBAIKAN SEKALIPUN BANYAK MUSIBAH
✅ PERBANYAKLAH MEMBERI WALAUPUN KAMU SEDANG SUSAH
✅ TERSENYUMLAH WALAUPUN HATIMU SEDANG MENANGIS, DAN
✅ JANGAN MEMUTUS DO'A UNTUK SAUDARA MUKMIN WAL MUKMINAT
.
Kebahagiaan itu terletak di tangan Allah, maka tak mungkin kita mampu membahagiakan orang lain jika kita jauh dari Allah..
.
Semoga Allah memberikan kebahagiaan dunia wal akhirat untuk kita...
Aamiin Allahumma Aamiin
Kamis, 15 Juni 2017
TRADISI MEMBACA SURAT AL-ASHR SEBAGAI DOA PENUTUP PADA SETIAP AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH DINIYAH “MIFTAHUL HIDAYAH” BAKALAN KALINYAMATAN JEPARA
TRADISI MEMBACA SURAT AL-ASHR SEBAGAI DOA PENUTUP PADA SETIAP AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI MADRASAH DINIYAH “MIFTAHUL HIDAYAH” BAKALAN KALINYAMATAN JEPARA
Disusun
guna
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Dosen
Pengampu: Efa Ida Amaliyah, M.A
Disusun
oleh:
M.
Nurun Ni’am NIM.
1530110059
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
USHULUDDIN / IQT 4B
2017
ABSTRAK
M. Nurun Ni’am,Tradisi Membaca
Surat Al-Ashr Sebagai Doa Penutup Pada Setiap Akhir Kegiatan
Pembelajaran di Madin Miftahul Hidayah Bakalan Kalinyamatan Jepara. Penulisan
karya tulis ilmiah jurusan ushuluddin prodi ilmu al-qur’an dan tafsir. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.
Penelitian
ini mengkaji bagaimana sejarah adanya tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa
pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?Bagaimana prosesinya?Apa tujuannya?dan
Bagaimana pengalaman spiritual pelaku tradisi tersebut?Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui sejarah adanya tradisi, mengetahui prosesi secara runtut,
mengetahui tujuan serta mengetahui pengalaman yang dirasakanoleh orang yang
mengamalkan tradisi tersebut.
Penelitian
ini merupakan kajian lapangan (field research) denganmenggunakan pendekatan
kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptifanalitik,yaitu memaparkan
realita dan menganalisis tentang kegiatan berdoa baik sebelum maupun setelah
selesai belajar di Madin Miftahul Hidayah dengan metode pengumpulan databerupa
observasi, dokumentasi, dan wawancara, metode pengolahan data danmetode
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa tradisi ini
sudah ada yakni pada zaman pendahulu kita dan tradisi ini dilakukan atas dasar
hadits Abu Madinah Ad-Darimi. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sebelum dan
setelah belajar yang dibaca oleh murid-murid dan dipimpin oleh guru di
masing-masing kelas. Tujuannyaadalah sebagaisarana untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah Swt, Kunci pembuka segala macam ilmu dan kefahaman, menumbuhkan
rasa tawakkal kepada Allah Swt, Memberi pesan yang harus selalu diingat kepada
murid supaya tidak merugi, serta melatih diri dan para santri untuk istiqomah
membaca al-Qur’an.Kemudian, pengalaman spiritual yang dirasakan oleh pelaku doa
yaitudapat menghantarkan pembacanya untuk mengamalkan pesan yang terkandung di
dalamnya. Yaitu meyaqini kebenaran ilmu yang telah didapat, mewujudkannya
sebagai amal sholih, menyampaikan kepada yang lain serta saling mengingatkan
supaya bersabar beramal sholih dan mensyiarkan agama.
Kata Kunci: Tradisi, surat al-Ashr, doa, amal sholih
A.
Pendahuluan
Al-Qur’an adalah mukjizat terakhir
dan teragung, mempunyai peranan terpenting dalam melakukan ‘amaliyah keseharian[1]. Menurut
Hamam FaizinRealitas yang dijumpai di kalangan masyarakat, perwujudan dari
interaksi masyarakat dengan al-Qur’an dapat di lihat dalam dua bentuk[2].
Pertama, ada sebagian orang yang mempelajari seputar tekstualitas al-Qur’an.
Hal ini telah lama digeluti oleh mereka para mufasir, baik mufasir klasik
maupun mufasir kontemporer. Tidak heran, banyak kitab-kitab tafsir yang lahir
dari kepiawaian mereka dalam mengkaji al-Qur’an dilihat dari redaksi teksnya. Kedua,
ada sebagian lagi yang mencoba secara langsung menerapkan, serta
mendayagunakan al-Qur’an secara praktis dalam kehidupan sehari-harinya[3].
Interaksi model kedua ini dapat kita
lihat misalnya dengan membacaal-Qur’an setiap hari dengan tujuan tertentu,
seperti pengasihan, ingindimudahkan rizkinya, bahkan sampai untuk mengusir
makhluk haluspundengan bacaan-bacaan ayat suci al-Qur’an. Ada juga yang
menghafal al-Qur’an dengan cita-cita ingin mencerdaskan pikiran, menenangkan
hati,bahkan mengharapkan keturunannya kelak sama menjadi penghafal al-Qur’an.
Pembacaan al-Qur’an adakalanya
dibaca oleh perorangan ataupundibaca berkelompok. Ada yang mengkhususkan
membaca surat tertentu dandalam waktu tertentu, misalnya pembacaan surat
al-Waqi’ah setiap malamSelasa sehingga melahirkan tradisi Waqi’ahan. Hal yang
serupa dapat di temui di Madin Miftahul Hidayah, yaitu tradisi membaca surat
al-Fatihah pada waktu masuk sekolah dan membaca surat al-Ashr pada waktu pulang
sekolah. Tradisi ini dilaksanakan oleh para murid yang dipimpinoleh seorang
guru di masing-masing kelas.
Surat tersebut dibaca sebagai doa.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa doa adalah senjata bagi seorang mu’min[4]. Oleh
karena itu bacaan surat al-Fatihah di awal memasuki pelajaran diharapkan bisa
menjadi alat pembuka pintu kefahaman. Sedangkan bacaan surat al Ashr setelah
selesai belajar diharapkan bisa menjadi pesan yang harus selalu diingat baik
bagi pendidik ataupun bagi murid[5].
Jika dilihat dari bentuk redaksi surat al-Ashr
tidaklah berupa doa, akan tetapi di madin Miftahul Hidayah dijadikannya sebuah
doa. Oleh karena itulah peneliti ingin lebih serius dan memfokuskan diri untuk
meneliti lebih detail tentang tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang
sekolah di Madin Miftahul Hidayah. Terlebih peneliti sendiri dulunya bertindak
sebagai insider/ salah satu murid di dalamnya dan untuk objektifitas
hasil penelitian, peneliti bertindak sebagai outsider.
Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengungkap
lebih jelas sejarah adanya tradisi membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang
sekolah di Madin Miftahul Hidayah, Prosesi tradisi ini dilaksanakan, Tujuan dan
pengalaman spiritualpelaku tradisi ini. maka peneliti menggunakan kajian Living
Qur’an.Living Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang fenomena
al-Qur’an yanghidup di tengah-tengah masyarakat/kelompok[6].
Living Qur’an merupakan
salah satu bentuk perkembangan kajian tentang al-Qur’an. Wilayah kajiannya
mencakup individual ataupun mencakup ranah sosial/umum[7]. Model studi semacam ini
mencoba mengkaji pemaknaan dan pengamalan al-Qur’an di kalangan umat Muslim.
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian
lebih spesifik danterarah maka di bawah ini disusun beberapa pokok rumusan
masalah diantaranya:
1. Bagaimanasejarah adanya tradisi membaca surat
al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
2. Bagaimana prosesi tradisi membaca surat al-Ashr
sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
3. Apa tujuan tradisi membaca surat al-Ashr
sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
4. Bagaimana pengalaman spiritual pelaku tradisi
membaca surat al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di Madin Miftahul Hidayah?
B.
Pembahasan
Living Quran yang memfokuskan kepada how everyday life, termasuk
dalam penelitian kualitatif. Istilah kualitatif pada mulanya bersumber pada
“pengamatan kualitatif” yaitu pengamatan yang menunjuk pada sikap alamiah[8]. Maka penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif
analitik, yaitu memaparkan realita dan menganalisis tentang kegiatan berdoa
baik sebelum maupun setelah selesai belajar di Madin Miftahul Hidayah dengan metode pengumpulan data berupa
observasi, dokumentasi, dan wawancara, metode pengolahan data cenderung secara
induksi dan metode penarikan kesimpulan[9].
1.
GAMBARAN UMUM MADIN MIFTAHUL HIDAYAH BAKALAN KALINYAMATAN
JEPARA
a.
Profil Madin Miftahul Hidayah Bakalan
1)
Letak
Geografis
Madin Miftahul Hidayah Bakalan berada di desa BakalanRt. 11/02. Lokasinya
terletak di Jalan Raya Gotri Welahan gang 1B. Kalinyamatan Jepara, Kode Pos: 59467.
Status kepemilikan tanah sebagai Tanah Wakaf seluas kurang lebih 100x30 m
(madin Awwaliyah) dan 100x50 m (madin Tsanawiyah/Wustha dan Aliyah/Ulya).
Adapun statusbangunannya adalah milik sendiri[10].
Adapun perbatasan dengan daerah sekitar adalah :
a)
Sebelah
utara berbatasan dengan jalan Desa Bakalan kemudian sebelah uataranya lagi
jalan raya Jepara-Kudus dan seberang jalannya desa Margoyoso.
b)
Sebelah
selatan berbatasan dengan maqbarah Mbah Rombing
c)
Sebelah
timur berbatasan dengan sungai yang memisah antara bakalan kulon kali dan
bakalan wetan kali.
d)
Sebelah
barat berbatasan dengan jalan Desa Babakan, pondok pesantren AL-FALAH, dan
masjid kemudian sebelah baratnya lagi jalan raya Jepara-Demak dan seberang
jalannya desa Kriyan.
2)
Sejarah
Berdiri dan Berkembangnya
Madin Miftahul Hidayah didirikan pada tahun 1971 atas gagasan
masyarakat sekitar, dimana pada waktu itu didesa tersebut belum ada sekolah
madrasah diniyah.Semula madin hanya mengelola tingkat awwaliyah saja. Namun
dengan berjalannya waktu, ketika madin meluluskan murid priode pertamanya, maka
madin mengembangkan tingkatannya dengan
membuka tingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan Tsanawiyahpada tahun 1978.
Kemudian selang tujuh tahun barulah madin membuka tingkatan yang lebih tinggi
lagi yaitu tingkatan aliyah pada tahun 1985. Madin pada masa awal
perkembangannya di pimpin oleh Bapak Kusno (alm). Setelah beliau meninggal maka
kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Ahmad Kholil (alm). Kepemimpinan beliau
berjalan cukup lama, yaitu hingga tahun 2014. Kemudian kepemimpinan dilanjutkan
oleh H. Abdul Qodir hingga sekarang.
Pengambilan nama “Miftahul Hidayah” sendiri dilatarbelakangi upaya
menggabungkan dua nama tempat belajar, yang mana dua tempat tersebut ialah
tempat belajar pendiri madin (KH. Ahmad Kholil). Pertama, pondok
pesantren “Miftahul Ulum” yang di kelola oleh KH. Muslim di desa Robayan. Kedua,
pondok pesantren “Al-Hidayah” yang dikelola oleh KH. Turmudzi di desa
Purwogondo. Dari nama yang pertama di ambillah kata yang pertama yaitu Miftah,
dan dari nama yang kedua diambillah kata “Al-Hidayah”. Maka jadilah kata
“Miftahul Hidayah”[11].
b.
Kurikulum Pengajaran di Madin
Di Madin Miftahul Hidayah Bakalan
terdapat tiga tingkatan, yaitu tingkatan Ibtidaiyah, tingkatan Tsanawiyah dan
tingkatan Aliyah. Untuk tingkatan awwaliyah mata pelajaran mengkuti kurikulum
dari LP Ma’arif NU Jepara.Sedangkan tingkatan Tsanawiyah dan Aliyah mata
pelajarannya mengikuti kurikulum madin sendiri.
Waktu KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) madin Miftahul Hidayah,baik ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah mulai
masuk pukul 14.30 wib s/d 16.30 wib tanpa istirahat. Dalam sehari waktu dua jam
tersebut diisi dua mata pelajaran, jadi setiap mata pelajaran mempunnyai KBM
masing-masing satu jam[12].
2.
TRADISI MEMBACA SURAT AL-ASHR SEBAGAI DOA PENUTUP PADA SETIAP AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN
a.
Sejarah Pelaksanaan Doa
Madin Miftahul Hidayah Bakalan memiliki salah satu rutinitas ‘amaliyah
setiap harinya, yaitu yaitu membaca surat al-Fatihah sebagai doa sebelum
belajar dan membaca surat al-Ashr sebagai doa setelah belajar/pulang sekolah.
Berdasarkan penuturan beberapa guru madin pelaksanaan tradisi tersebut sudah
ada pada zaman pendahulu kita.Yang kita tau para pendahulu kita mengajarkan
ilmu secara simple. Artinya yang diajarkan cuma sepatah dua katah kata yang
mudah diingat akan tetapi hikmah yang terkandung di dalamnya sungguh sangat
luas sekali. Mungkin karna itulah para pendahulu kita membuat tradisi seperti
itu, terlebih menjadikan surat al-Ashr sebagai doa setelah belajar/pulang
sekolah[13].
Surat al-Fatihah berjumlah tujuh ayat dan al-Ashr berjumlah 3 ayat,
jumlah ayat yang tergolong sedikit, akan tetapi isi yang terkangdung didalamnya
adalah sangat luas sekali. Menurut bey Arifin isi yang terkandungan dalam surat
al-Fatihah bagaikan samudra luas yang tiada batas. Semakin diselami, semakin
tampak mutiara-mutiara ilmu yang ada di dalamnya[14].
Menurut imam Syafi’i sebagaimana yang dikemukakan Sayyid Qutb dalam
Tafsir Fi Dzilalil Qur’an“Seandainya saja al-Qur’an tidak diturunkan,
niscaya satu surah ini cukup menjadi petunjuk manusia. Karena di dalamnya
terkandung seluruh pesan-pesan al-Qur’an.”[15].
Kemudian ditegaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir imam Syafi’i berkata:
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ
هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسِعَتْهُمْ
“Sekiranya manusia mau memperhatikan
(kandungan) surat ini,niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” [16].
Tradisi yang dilakukan ini tidaklah
dibuat-buat oleh para pendahulu kita, akan tetapi berdasarkan sebuah hadits
shohih yang diriwayatkan oleh Abu Madinah Ad-Darimi, beliau
berkata:
كَانَ الرَّجُلانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَيَا لَمْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَقْرَأَ أَحَدُهُمَا عَلَى
الآخَرِ : ” وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ” ، ثُمَّ يُسَلِّمَ
أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ
“Jika dua orang sahabat Nabi SAW itu bertemu, mereka tidaklah berpisah
sampai salah satu di antara keduanya membaca ‘wal ‘ashri innal insana lafii
khusr …’. Lalu salah satu dari keduanya mengucapkan salam untuk lainnya.”(HR.
Ath-Thabrani)[17].
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih[18].
Dan menurutnya Ada dua faidah dari hadits ini sebagaimana kita mengamalkan
sunnah para salaf kita:
Pertama,Para sahabat sudah
terbiasa merutinkan surat Al-‘Ashr (saat berpisah dari majelis). Seperti itu
bukanlah kategori bid’ah yang dibuat-buat. Amalan tersebut tentu ada
petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, entah sabda,
praktik atau persetujuan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala pun telah memuji para sahabat.
cqà)Î6»¡¡9$#ur
tbqä9¨rF{$#
z`ÏB
tûïÌÉf»ygßJø9$#
Í$|ÁRF{$#ur
tûïÏ%©!$#ur
Nèdqãèt7¨?$#
9`»|¡ômÎ*Î/
Å̧
ª!$#
öNåk÷]tã
(#qàÊuur
çm÷Ztã
£tãr&ur
öNçlm;
;MȬZy_
Ìôfs?
$ygtFøtrB
ã»yg÷RF{$#
tûïÏ$Î#»yz
!$pkÏù
#Yt/r&
4 y7Ï9ºs
ãöqxÿø9$#
ãLìÏàyèø9$#
ÇÊÉÉÈ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya
selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”
(QS. At-Taubah: 100)[19]
Ibnu Mas’ud dan Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata,
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ
اْلأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا،
وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ
لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ
وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى
الْمُسْتَقِيْمِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah
meneladani para Shahabat Rasulullah SAW. Karena sesungguhnya mereka adalah umat
yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan
paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah
telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka
kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada
di jalan yang lurus.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)[20].
Kedua,Mengucapkan salam saat
berpisah.Hal ini sesuai pula dengan hadits:
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِس فَلْيُسَلِّم فَإِذَا أَرَادَ
أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الآخِرَةِ
“Apabila salah seorang di antara kalian masuk majlis, hendaklah ia
mengucapkan salam. Apabila ia keluar, hendaklah ia mengucap salam.
Tidaklah yang pertama itu lebih pantas dari yang kedua.”” (HR. Abu Daud).
Al-Hafizh Abu Thahir berpendapat bahwa sanad hadits ini hasan[21].
b.
Pelaksanaan Proses Doa
1)
Waktu,
tempat dan pelaku
Do’a dilaksanakan setiap hari ketika
hendak memulai pelajaran oleh murid-murid dan dipimpin oleh guru di
masing-masing kelas. Sebelum berdoa guru memberi pengarahan agar barang-barang
yang ada di dalam kelas, baik bangku/meja kursi maupun alat-alat tulis yang
masih berantakan di minta untuk dirapikan terlebih dahulu. Kemudian guru
meminta murid-murid agar duduk dengan rapi, tangan sedeku dan kepala menghadap
ke meja supaya bisa berdoa dengan khusu’, tadharru’, penuh harapan. Setelah itu
barulah membaca doa bersama-sama[22]. Begitulah
kiranya sebagian etika dalam berdoa dan sebab-sebab dikabulkannya doa[23].
Kemudian ketika pelajaran sudah
selesai maka guru pun mengarahkan murid-murid kembali seperti yang di awal
tadi. Setelah itu membaca doa pulang bersama-sama, dan diakhiri dengan
anteng-antengan. Siapa yang paling anteng maka dialah yang berhak untuk pulang
duluan. Seperti itu dipilih oleh guru hingga 3-5 murid, kemudian baru yang lain
menyusul.
2)
Doa
Doa disini terbagi menjadi dua bagian, yaitu doa masuk dan doa
pulang. Baik doa masuk ataupun doa pulang kesemuannya menggunakan surat-surat
al-Qur’an. Surat yang digunakan adalah surat al-Fatihah ketika masuk dan surat
al-Ashr ketika pulang. Akan tetapi doa masuk ditambahi dengan iqrar, doa isyrah
(QS Thaha, ayat: 25-28), meminta tambah ilmu dan rizqi kefahaman (QS Thaha,
ayat: 114). Sedangkan doa pulang hanya surat al-Ashr saja[24].Teks
donya antara lain adalah:
(a)
Doa pembuka
É ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ ßôJysø9$# ¬! Å_Uu úüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÌÈ Å7Î=»tB ÏQöqt ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ x$Î) ßç7÷ètR y$Î)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ $tRÏ÷d$# xÞºuÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ xÞºuÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã Îöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ wur tûüÏj9!$Ò9$# ÇÐÈ
ربي اغفر لي ولوالدي وللمؤمنين امين.... رضيت بالله ربا, وبالاسلام
دينا, وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا و رسولا, رب اشرح لي صدري,
ويسرلي امري, واحلل عقدة من لساني يفقه قولي,رب زدني علما وارزقني فهما. امين
(b)
Doa penutup
Î ÎóÇyèø9$#ur
ÇÊÈ ¨bÎ)
z`»|¡SM}$#
Å"s9
Aô£äz
ÇËÈ wÎ)
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
(#öq|¹#uqs?ur
Èd,ysø9$$Î/
(#öq|¹#uqs?ur
Îö9¢Á9$$Î/
ÇÌÈ
c.
Tujuan Pelaksanaan Surat al-Fatihah dan al-Ashr sebagai doa
1)
Sarana untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah Swt sehingga tercipta ketenangan dalam
kehidupannya. Hal ini tercantum dalam Q.S. ar-Ra’d: 28.
2)
Doa adalah senjata
bagi orang mu’min, maka dalam hal ini doa sebagai Kunci pembuka segala macam
ilmu dan kefahaman.
3)
Melapangkan hati
dan fikiran, memudahkan mendapat ilmu, melancarkan lisan sehingga setiap
perkataan bisa difahami dengan mudah[25].
4)
Menumbuhkan rasa tawakkal
/ kepasrahan kepada Allah atas segala usaha yang telah dilakukan. Hal ini
merupakan bentuk penghambaan seorang hamba kepada Tuhannya, menyerahkan hasil
dari seluruh usahanya kepada Dzat Yang Maha Kuasa, yaitu Allah Swt. Sesuai
dengan firman-Nya dalam QS. Ali ‘Imran (3): 159.
5)
Melatih
diri dan para murid untuk membiasakan membaca al-Qur’ansecara rutin, minimal
surat-surat tertentu. Murid dituntut untuk belajar istiqomah dalammenjalankan
setiap amal kebaikan.
6)
Memberi
pesan untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, supaya mendapatkan
keberuntungan. Yaitu dengan cara mengisinya dengan saling berpesan menetapkan
keimanan, saling berpesan sabar dalam keta’atan dan menjahui larangan.
7)
Sebagai
umat Muslim, sudah menjadi keharusan membaca, mengkaji,sertamengamalkan isi
kandungan al-Qur’an dalam kesehariannya.Seseorang yangberpegang teguh kepada
al-Qur’an, maka hidupnyatidak akan pernah tersesat[26].
d.
Pengalaman Spiritual Pelaku Tradisi
Pertama,
dengan
adanya doa bagi guru serasa lebih mudah menyampaikan materi pelajaran, akal
fikiran, mulut dan lisan serasa terbuka lepas tanpa ada tali yang membungkamnya.
Jadi bisa diibaratkan bahwa doa adalah sebagai pelumas akal fikiran, mulut
serta lisan kita. Sehingga materi yang disampaikan bisa mudah dicerna dan
difahami oleh murid-murid[27].
Kedua,
dengan
adanya doa hati dan fikiran para murid serasa terbuka, cerah karna sinarnya.
Oleh karena itu materi-materi yang disampaikan lebih mudah untuk difahami,
masuk ke dalam fikiran dan berlanjut ke dalam hati. Benar-benar dapat membantu
mendorong untuk menambah ilmu serta rizqi kefahaman[28].
Ketiga,
hikmah
yang terkandung dalam surat al-Ashr sangatlah agung, sebagaimana dikatakan imam
Syafi’i: “Seandainya saja al-Qur’an tidak diturunkan, niscaya
satu surah ini cukup menjadi petunjuk manusia”. Oleh karena itu dengan
membacanya setiap hari dapat menghantarkan
pembacanya untuk mengamalkan pesan yang terkandung di dalamnya. Yaitu meyaqini
kebenaran ilmu yang telah didapat, mewujudkannya sebagai amal sholih, kemudian
menyampaikan kebenaran kepadayang lain serta saling mengingatkan supaya
bersabar beramal sholih dan mensyiarkan agama[29].
C.
Kesimpulan
Sejarah adanya tradisi membaca surat
al-Ashr sebagai doa pulang sekolah di madin Miftahul Hidayah Bakalan
dilatarbelakangi oleh: 1) Keinginan pemimpin (KH. Ahmad Kholil)
untuk meneruskan tradisi yang beliau amalkan ketika mesantren di Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Robayan dan Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwogondo. 2)
Mengikuti tradisi para sahabat berdasarkan hadits yang
diriwayatkan Abu Madinah ad-Darimi.
Do’a dilaksanakan setiap hari ketika
hendak memulai pelajaran yakni pukul 14.30 wib oleh murid-murid dan dipimpin
oleh garu di masing-masing kelas dengan khusu’, tadharru’ dan penuh harapan.Kemudian
ketika pelajaran sudah selesai yakni pukul 16.30 wib maka guru kembali memimpin
membaca doa pulang bersama-sama, dan diakhiri dengan anteng-antengan. Siapa
yang paling anteng maka dialah yang berhak untuk pulang duluan.
Tujuan diadakannya doa adalah sebagai berikut: Sebagai
sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt,sebagai kunci pembuka
segala macam ilmu dan kefahaman, melapangkan hati dan fikiran, menumbuhkan rasa
tawakkal / kepasrahan kepada Allah, melatih diri
dan para murid untuk membiasakan membaca al-Qur’an,supaya mendapatkan
keberuntungan.
Adapun
pengalaman spiritual yang dirasakan oleh guru ataupun murid ialah: serasa
lebih mudah menyampaikan materi pelajaran, akal fikiran, mulut dan lisan serasa
terbuka lepas tanpa ada tali yang membungkamnya, materi-materi yang disampaikan
lebih mudah untuk difahami,dapat menghantarkan pembacanya untuk selalu
mengingat materi yang telah diajarkan dengan cara mengamalkan, serta
menyampaikannya kembali pada saat dibutuhkan dengan kesabaran.
Daftar Pustaka
‘Allaf,Abdullah
bin Ahmad, 2016, Kelengkapan Doa-Doa Mustajab, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Al-Albani, tt, Assilsilah
Asshahihah Juz 6,Maktabah Syamilah, Iskandaria: Barnamij.
Ath-Thabrani, tt, Al-Mu’jam Al-Awsath Juz 11, Maktabah
Syamilah, Mauqiu Jamiil Hadits.
Dawud,Abu, tt,Sunan
Abu Dawud Juz 13, Maktabah Syamilah: Mauqiul Islam.
Faizin,Hamam,2012, Sejarah Pencetakan Al-Qur’an, Yogyakarta: Era
Baru Presindo.
Faizin,Hamam, tt, Al-Qur’an
Sebagai Fenomena Yang Hidup (Kajian Atas Pemikiran Para Sarjana Al-Qur’an), Artikel.
Katsir,Ibnu, 1999,
Tafsir Alquranul Karim, Juz 8, Maktabah Syamilah.
Kutub,Sayyid,
tt, Tafsir fi Dzilalil Qur’an, Juz 8, Maktabah Syamilah.
Moleong,Lexy
J., 1997, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, Cet.
ke-VIII.
Wahidin,Khaerul
dan Masyhuri,Taqiyudin, 2002, Metode Penelitian, Prosedur Dan Teknik
Menyusun Skripsi Makalah Dan Book Rapot, Cirebon: Alawiyah, Cet-ke II.
Catatan dokumentasi
v Tanggal 15 April melakukan observasi, pengamatan dan
pendokumentasian.
v Tanggal 22 April wawancara bersama bapak A. Jamilin mengenai:
2.
Sejarah
adanya pelaksanaan tradisi doa surat al-Ashr beliau mengatakan pelaksanaan
tradisi tersebut sudah ada pada zaman pendahulu kita. Yang kita tau para
pendahulu kita mengajarkan ilmu secara simple, mudah diingat dan mengandung isi
yang mencakup semuanya.
3.
Prosesi
pelaksanaan doa: dilaksanakan setiap hari ketika hendak memulai pelajaran oleh murid-murid
dan dipimpin oleh guru di masing-masing kelas. Sebelum berdoa guru menertibkan
barang-barang dan posisi duduk murid-murid. Kemudian ketika berdoa pulang pun
demikian. Namun diakhiri dengan anteng-antengan. Siapa yang paling anteng maka
dialah yang berhak untuk pulang duluan. Seperti itu dipilih oleh guru hingga
3-5 murid, kemudian baru yang lain menyusul.
4.
Doa:
masukà
surat al-fatihah, iqrar, doa isyrah. Pulangà surat Al-Ashr.
5.
Tujuan
pelaksanaan doa yaitu: Menumbuhkan rasa tawakkal, Melatih membiasakan membaca al-Qur’a, Memberi pesan, dansudah
menjadi keharusan membaca, mengkaji,sertamengamalkan isi kandungan al-Qur’an.
6.
Pengalaman
spiritual:Sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah,
sebagai Kunci pembuka segala macam ilmu dan kefahaman,dengan membacanya setiap hari pesan-pesan yang
terkandung dalam doa dapat menghantarkan pembacanya untuk selalu mengingat
materi yang telah diajarkan dengan cara mengamalkan, serta menyampaikannya
kembali.
v Tanggal 22 April wawancara bersama murid (M. Ghiyas Alawy)
mengenai:
1. Pengalaman
spiritual: dengan adanya doa hati dan fikiran para murid serasa terbuka, cerah
karna sinarnya. Benar-benar dapat membantu mendorong untuk menambah ilmu serta
rizqi kefahaman.
v
Tanggal
26 April wawancara bersama bapak A. Syakirin mengenai:
1. Letak geografis : Bakalan Rt. 11/02. Lokasinya terletak di Jalan Raya
Gotri Welahan gang 1B. Kalinyamatan Jepara, Kode Pos: 59467.
2. Status kepemilikan tanah: Tanah Wakaf seluas kurang lebih 100x30 m
(madin Awwaliyah) dan 100x50 m (madin Tsanawiyah/Wustha dan Aliyah/Ulya).
3. Statusbangunannya: milik sendiri
4.
Sejarah
Berdiri: Madin didirikan pada tahun 1971 atas gagasan masyarakat sekitar.
5.
Perkembangan:
tingkat awwaliyah tahun 1971, tingkat Tsanawiyah pada tahun 1978, tingkat
aliyah pada tahun 1985.
6.
Di bawah
kepemimpinan:Bapak Kusno (alm) dilanjutkan oleh KH. Ahmad Kholil (alm) hingga
tahun 2014. dilanjutkan oleh H. Abdul Qodir hingga sekarang.
7.
Pengambilan
nama “Miftahul Hidayah”: upaya menggabungkan dua nama tempat belajar KH. Ahmad
Kholil. Pertama, pondok pesantren “Miftahul Ulum” yang di kelola oleh
KH. Muslim di desa Robayan. Kedua, pondok pesantren “Al-Hidayah” yang
dikelola oleh KH. Turmudzi di desa Purwogondo.
8.
Kurukulum:
tingkatan awwaliyah mengkuti kurikulum dari LP Ma’arif NU Jepara. Sedangkan
tingkatan Tsanawiyah dan Aliyah mata pelajarannya mengikuti kurikulum madin
sendiri.
9. Waktu KBM: baik ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah mulai masuk pukul
14.30 wib s/d 16.30 wib tanpa istirahat.
10. Sejarah adanya pelaksanaan tradisi doa surat al-Ashr beliau
mengatakan pelaksanaan tradisi tersebut sudah ada pada zaman pendahulu kita.
11.
Tujuan doa: Sarana
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, sebagai Kunci pembuka segala macam
ilmu dan kefahaman.Melapangkan hati dan fikiran, memudahkan mendapat ilmu,
melancarkan lisan.
12.
Pengalaman
spiritual: Guru serasa lebih mudah menyampaikan materi pelajaran, akal fikiran,
mulut dan lisan serasa terbuka lepas tanpa ada tali yang membungkamnya. Jadi
bisa diibaratkan bahwa doa adalah sebagai pelumas akal fikiran, mulut serta
lisan kita.
2.
Dokumentasi
|
[1] Hamam Faizin, Sejarah
Pencetakan Al-Qur’an, Yogyakarta: Era Baru Presindo. 2012, hal. 01
[2]Hamam Faizin, Al-Qur’an
Sebagai Fenomena Yang Hidup (Kajian Atas Pemikiran Para Sarjana Al-Qur’an), Artikel,
hal. 01
[3]ibid
[4] Abdullah bin
Ahmad ‘Allaf, Kelengkapan Doa-Doa Mustajab, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2016, hal. viii
[5] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50
WIB.
[6]Hamam Faizin, Al-Qur’an
Sebagai Fenomena Yang Hidup........ hal. 3
[7]ibid
[8]Khaerul Wahidin
dan Taqiyudin Masyhuri, Metode Penelitian, Prosedur Dan Teknik Menyusun
Skripsi Makalah Dan Book Rapot, Cirebon: Alawiyah, Cet-ke II , 2002, hlm.
46-47
[9]Lexy J.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, Cet.
ke-VIII, 1997, hlm. 56
[10] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50
WIB.
[11] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50
WIB.
[12] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50
WIB.
[13] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam
14.30 WIB.
[14]https://www.goodreads.com/book/show/6071065-samudera-al-fatihah diakses pada
tanggal 25 April 2017 jam 08.40 WIB
[15] Sayyid Kutub, Tafsir
fi Dzilalil Qur’an, Juz 8, Maktabah Syamilah, tp, tt. hal. 89
[16] Ibnu Katsir, Tafsir
Alquranul Karim, Juz 8, Maktabah Syamilah, 1999, tt. hal.480
[18] Al-Albani, Assilsilah
Asshahihah Juz 6,Maktabah Syamilah, Iskandaria: Barnamij, tt. hal. 147
[19]ibid
[20]ibid
[21]Abu Dawud, Sunan Abu
Dawud Juz 13, Maktabah Syamilah: Mauqiul Islam, tt. hal. 430
[22]Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam
14.30 WIB.
[23] Abdullah bin
Ahmad ‘Allaf, Kelengkapan Doa-Doa Mustajab............. hal. ix
[24]Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam
14.30 WIB.
[25] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50
WIB.
[26] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam
14.30 WIB.
[27] Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Syakirin) pada tanggal 26 April 2017 jam 14.50
WIB.
[28] Wawancara
peneliti dengan murid kelas 6 Ibtida’ (M. Ghiyas Alawy) pada tanggal 22 April
2017 jam 15.20 WIB
[29]Wawancara
peneliti dengan guru madin (Bapak A. Jamilin) pada tanggal 22 April 2017 jam
14.30 WIB.
Langganan:
Postingan (Atom)
KUNCI KEBAHAGIAAN MENURUT SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB RADHIYALLAHU 'ANHU
" KUNCI KEBAHAGIAAN MENURUT SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB RADHIYALLAHU 'ANHU " . ✅ JANGAN MEMBENCI SIAPAPUN, WALAU ADA YANG ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan analitis terhadap tasawuf menunjukan bagaimana para sufi dengan berbagai aliran yang...
-
TRADISI MEMBACA SURAT AL-ASHR SEBAGAI DOA PENUTUP PADA SETIAP AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN DI MADRASAH DINIYAH “MIFTAHUL HIDAYAH” BAKAL...
-
TAFSIR AL IBRIZ KARYA KH. BISRI MUSTHOFA Disusun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Pemikiran Tafsir Indonesia Dosen Penga...